Kebutuhan vs Keinginan
Sebuah renungan untuk keluar dari jebakan keinginan
Kita seringkali terjebak antara kebutuhan dan keinginan.
Terlebih ketika mengambil keputusan dalam finansial, kita sering dihadapkan pada dua pertanyaan :
- Apakah ini termasuk kedalam kebutuhan?
- Ataukah ini hanya sebuah keinginan?
Kayaknya sih gak butuh-butuh amat, tapi pengen. Tapi butuh kok, kalau beli sekarang siapa tau nanti juga butuh.
Sebuah percakapan kecil yang sering kita temui dalam benak kita sehari-hari.
Kebutuhan vs Keinginan.
Dipenghujung akhir tahun ini saya mencoba mengevaluasi pengeluaran keuangan saya bersama istri selama 6 bulan terakhir.
Yang masih jadi pertanyaan besar buat diri saya, “ini uang kemana aja?”.
Kenapa sulit sekali menabung dan menyisihkan sedikit uang untuk investasi jangka panjang?
Setelah melihat data pengeluaran 6 bulan terakhir kami di aplikasi pencatat keuangan, akhirnya kami menemukan bahwa pengeluaran paling banyak adalah di makanan.
Tentunya bukan makanan untuk kebutuhan sehari-hari, karena untuk makan sehari-hari sudah kami sediakan anggarannya tersendiri dan kami biasa belanja bulanan dan pekanan untuk kebutuhan sehari-hari.
Makanan yang dimaksud disini adalah anggaran makanan diluar itu semua, yaitu makan diluar.
Apakah makan diluar termasuk kebutuhan?
Jawabannya, tentu tidak.
Apakah makan diluar termasuk keinginan?
Iya, tentu saja.
Memang sering kali kami merasa lapar karena kebutuhan, tapi ada keinginan dibalik lapar itu.
Akhirnya kami menggunakan uang diluar anggaran belanja bulanan.
Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk investasi tapi malah digunakan untuk memenuhi keinginan sesaat kami.
Dan yang paling mengejutkan ketika kami menyadari bahwa pengeluaran makan diluar kami, hampir menyerupai anggaran belanja bulanan makanan kami.
Sebuah Evaluasi
Tentu ini haruslah menjadi sebuah evaluasi.
Terjebak dalam keinginan selama kurang lebih 6 bulan bukanlah pilihan yang bijak.
Kami harus berbenah diri.
Paling tidak membatasi keinginan kami dan fokus pada kebutuhan.
Saya menyadari, bahwa selama kami fokus dengan kebutuhan Insya Allah berapapun penghasilan kami akan cukup-cukup saja.
Yang jadi masalah adalah ketika kami terus menerus memenuhi keinginan yang tiada habisnya.
Ketika kami butuh makan, makanan apapun asal bisa mengenyangkan harusnya tidak jadi masalah. Tapi kalau inginnya harus makan ini, itu, dan itu akhirnya jadi sulit sendiri.
Ketika kamk butuh minum, minum air putih harusnya sudah mencukupi kebutuhan kami, tapi kalau harus minum berbagai varian dan rasa, inilah yang bikin keuangan jadi sulit.
Saya menyadari bahwa terkadang bukan penghasilannya yang kurang, tapi ketidak mampuan kami menahan keinginan yang akhirnya membuat kita mengeluarkan biaya diluar kemampuan kami.
Sebuah Solusi
Solusinya bagaimana?
Menurut saya solusinya kembali pada mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
Jadi ketika kami ingin mengeluarkan uang, ada sebuah pertanyaan yang harus di jawab :
Apakah ini kebutuhan atau keinginan?
Kalau memang kebutuhan tentu harus segera ditunaikan, kalau hanya keinginan? Kami batasi anggarannya untuk keperluan yang lainnya.
Bukan berati kami menjauhkan diri dari semua keinginan.
Keinginan terkadang bisa dipenuhi, tapi tidak semua keinginan harus dituruti.
Secukupnya, sewajarnya dan sesuai budget yang ada.
Jangan sampai berlebihan.
Semoga bermanfaat.